MAKALAH GEOLOGI DAN LINGKUNGAN
“BATUAN BEKU”
DOSEN PENGAJAR :
Drs. H. SIDHARTA ADYATMA, M.Si.
KELOMPOK III :
NAMA NIM
CANDRA SASMITA A1A510202
RABUL ALAMIN A1A510216
SITI SALAMAH A1A510230
ARIEF RAHMAN A1A510280
SYAHRUDIN A1A510309
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
BANJARMASIN
2011
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................1
1.
Latar
Belakang......................................................1
2.
Rumusan
Masalah..................................................1
3.
Tujuan...................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................2
1.
Pengertian
Batuan Beku..........................................2
2.
Jenis-jenis Batuan Beku.........................................3
3.
Klasifikasi
Batuan Beku..........................................6
A.
Tekstur
............................................................7
B.
Struktur
.........................................................11
C.
Komposisi
Mineral.........................................12
BAB III PENUTUP....................................................................13
KESIMPULAN..........................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Bagian luar bumi tertutupi
oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian
daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat
kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui
dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan
tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain.
Dari jenisnya batuan-batuan
tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku (igneous rocks), batuan sediment
(sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks).
Batuan-batuan tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses
terbentuknya.
Dari sedikit keterangan di
atas, maka kami akan membahas tentang makalah yang berjudul Batuan Beku.
2. Rumusan
Masalah
a. Apa itu bakuan beku ?
b. Bagaimanakah proses terjadinya batuan beku ?
c. Apa sajakah jenis-jenis batuan beku ?
d. Bagaimanakah klasifikasi batuan beku ?
3. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan
dari makalah ini, yaitu :
a. Mengetahui pengertian dari batuan beku.
b. Mengetahui proses terjadinya batuan beku.
c. Mengetahui jenis-jenis batuan beku.
d. Mengetahui klasifikasi batuan beku.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Batuan Beku
Batuan beku atau batuan
igneus (dari Bahasa
Latin: ignis,
"api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan
sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal
dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi.
Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses
berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari
700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di
bawah permukaan kerak bumi.
Magma dapat mendingin dan membeku di bawah
atau di atas permukaan bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah
batuan yang dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan beku intrusive
(sering juga dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan, bila magma
dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku luar
atau batuan beku ekstrusif.
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun
(1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang
pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan
bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.
Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile
(air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan
penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk
mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan
bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan
peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat
(magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction
Series.
Gambar : Batuan beku, jalur yang berwarna lebih muda menunjukkan arah
aliran.
2. Jenis-jenis Batuan Beku
Batuan beku terbagi menjadi :
a. Batuan beku dalam, dan
b. Batuan beku luar,
a. Batuan Beku Dalam
Magma yang membeku di bawah permukaan bumi,
pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun), memungkinkan
tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh
batuan beku intrusive. Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang
beragam, tergantung pada kondisimagma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat
menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada
batuan di sekelilingnya. Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong struktur
batuan di sekitarnya disebut diskordan, termasuk di dalamnya adalah batholit,
stok, dyke, dan jenjang volkanik.
1. Batholit,
merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya tidak
beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan
batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang
berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma
pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya
dan 250 km lebarnya.
Dari penelitian geofisika dan penelitian
singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km.
Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak
ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat
mendorong batuan yang diatasnya.
Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan
ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada proses
lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan yang
menutupinya. Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping lebih
padat dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap
fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua
magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap frgamen batuan yang
berada dalam tubuh magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.
2. Stock,
seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil
dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta
suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
3. Dyke,
disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan
batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua
sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.
4. Jenjang
Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan
magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya
tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol
dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar
dengan struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah
sill, lakolit dan lopolit.
·
Sill, adalah intrusi batuan
beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya.
Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
·
Lakolit, sejenis dengan sill. Yang
membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung
atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip
dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya
eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.
·
Lopolit, bentuknya mirip dengan
lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.
Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai
bentuk tubuh intrusi, juga terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada
komposisi mineral pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara tekstur
digolongkan ke dalam kelompok batuan beku fanerik.
b. Batuan Beku Luar
Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar
melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin
dengan cepat dan membeku menjadi batuan ekstrusif. Keluarnyamagma di permukaan
bumi melalui rekahan disebut sebagai fissure eruption.
Pada umumnya magma basaltis yang viskositasnya
rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya, menjadi hamparan lava basalt yang
disebut plateau basalt. Erupsi yang keluar melalui lubang kepundan gunung api
dinamakan erupsi sentral. Magma dapat mengalir melaui lereng, sebagai aliran
lava atau ikut tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik.
Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis
tergantung pada komposisi magmanya dan tempat terbentuknya. Apabilamagma
membeku di bawah permukaan air terbentuklah lava bantal ( pillow lava),
dinamakan demikian karena pembentukannya di bawah tekanan air. Dalam
klasifikasi batuan beku batuan beku luar terklasifikasi ke dalam kelompok
batuan beku afanitik.
3. Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan
SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang
berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar
klasifikasinya.
a. Klasifikasi berdasarkan cara
terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan beku dibagi menjadi:
Ø Effusive rock, untuk batuan beku yang
terbentuk di permukaan.
Ø Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk
dekat permukaan.
Ø Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh
di dalam bumi. Oleh W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang
batuan effusive disebut batuan vulkanik.
b. Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2
(C.L. Hugnes, 1962), yaitu:
Ø Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2
lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit.
Ø Batuan beku intermediate, apabila kandungan
SiO2 antara 52% - 66%. Contohnya adalah dasit.
Ø Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2
antara 45% - 52%. Contohnya adalah andesit.
Ø Batuan beku ultra basa, apabila kandungan
SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.
c. Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J.
Shand, 1943), yaitu:
Ø Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang
dari 30% mineral mafik.
Ø Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60%
mineral mafik.
Ø Melanocractik rock, apabila mengandung lebih
dari 60% mineral mafik.
d. Menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi
batuan beku berdasarkan indeks warnanya sebagai berikut:
Ø Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks
warna kurang dari 10%.
Ø Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna
10% sampai 40%.
Ø Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks
warna 40% sampai 70%.
Ø Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna
lebih dari 70%.
Pengelompokan atau klasifikasi batuan beku
secara sederhana didasarkan atas tekstur dan komposisi mineralnya. Keragaman
tekstur batuan beku diakibatkan oleh sejarah pendinginanmagma, sedangkan
komposisi mineral bergantung pada kandungan unsure kimia magma induk dan
lingkungan krsitalisasinya.
A. Tekstur
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar
mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan
massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan.
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting,
yaitu:
1) Kristalinitas
Kristalinitas
adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya
batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan
berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain
itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam
pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika
pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika
pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
·
Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun
oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu
mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
·
Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari
massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
·
Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun
dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian),
dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
2) Granularitas
Granularitas
didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya
dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
3) Fanerik/fanerokristalin, Besar
kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara
megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan
menjadi:
·
Halus
(fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
·
Sedang
(medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
·
Kasar
(coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
·
Sangat
kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
4) Afanitik, Besar kristal-kristal dari
golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan
bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal,
gelas atau keduanya. Dalam analisa mikroskopis dapat dibedakan:
·
Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku
bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01
mm.
·
Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku
terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran
berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
5) Bentuk
Kristal
Bentuk
kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan
secara keseluruhan.
Ditinjau
dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
·
Euhedral,
apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
·
Subhedral,
apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
·
Anhedral,
apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau
dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
·
Equidimensional,
apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
·
Tabular,
apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
·
Prismitik,
apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
·
Irregular,
apabila bentuk kristal tidak teratur.
6) Hubungan
Antar Kristal
Hubungan
antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara
kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan.
Secara garis besar,
relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Ø Equigranular, yaitu apabila secara relatif
ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan
keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
1)
Panidiomorfik
granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari
mineral-mineral yang euhedral.
2)
Hipidiomorfik
granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari
mineral-mineral yang subhedral.
3)
Allotriomorfik
granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari
mineral-mineral yang anhedral.
Ø Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir
kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar
disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa
mineral atau gelas.
Berdasarkan
teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan
vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun
batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif
lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan
beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan
hiasan rumah).
Sedangkan
batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat
(misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.
Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah).
B. Struktur
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan
lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian
besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya:
Ø Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur
paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
Ø Joint struktur, merupakan struktur yang
ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah
aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand
speciment sample), yaitu:
Ø Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya
sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak
menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
Ø Vesikuler, yaitu struktur yang
berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma.
Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
Ø Skoria, yaitu struktur yang sama dengan
struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak
teratur.
Ø Amigdaloidal, yaitu struktur dimana
lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral
silikat atau karbonat.
Ø Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan
adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
Pada
umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang
ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan
pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar
berlembar).
C. Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan
mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral
sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Ø Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna
terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan
muskovit.
Ø Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna
gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau
tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik).
Batuan beku terbagi menjadi : batuan beku dalam, dan
batuan beku luar.
Batholit merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling
besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan
yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah
tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda.
Stock
seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil
dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta
suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
Dyke
disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan
batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua
sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.
Jenjang
Volkanik adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan
magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya
tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol
dari topografi disekitarnya.
Sill adalah intrusi batuan beku yang konkordan
atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular
dan sisi-sisinya sejajar.
Lakolit sejenis dengan sill. Yang
membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung
atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip
dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya
eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.
Lopolit bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja
bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang
erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara
mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan.
Kristalinitas
adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya
batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa
banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga
dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma.
Granularitas
didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku.
Bentuk kristal
adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara
keseluruhan.
Struktur adalah
kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum
dari lapisan batuan.
Mineral felsik,
yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa,
feldspar, feldspatoid dan muskovit.
Mineral mafik,
yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan
olivin.
DAFTAR PUSTAKA
www.aapg.org
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Igneous_rock_Santoroni_Greece.jpg&filetimestamp=20060612231804
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNHQEQAsgfJ4eawriSvGxISz70WdyBq50tyFQjL17CFE9nYB33uXXOj8vgWk7jRnz0eyBQOGbdkHo4ZuyZMfllIJX8m53f-p2nMo4GUmFhvbKWSsd_vEmq1-ciZOcYxixh5J6QYWxldiW2/s1600/batuan+beku.jpg
http://doddys.files.wordpress.com/2006/10/lilgabbro8.jpg
http://doddys.files.wordpress.com/2006/10/basalt2.jpg
http://doddys.files.wordpress.com/2006/10/lilgranite3.jpg
http://doddys.files.wordpress.com/2006/10/lildacite5.jpg
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Igneous_rock_Santoroni_Greece.jpg&filetimestamp=20060612231804
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNHQEQAsgfJ4eawriSvGxISz70WdyBq50tyFQjL17CFE9nYB33uXXOj8vgWk7jRnz0eyBQOGbdkHo4ZuyZMfllIJX8m53f-p2nMo4GUmFhvbKWSsd_vEmq1-ciZOcYxixh5J6QYWxldiW2/s1600/batuan+beku.jpg
http://doddys.files.wordpress.com/2006/10/lilgabbro8.jpg
http://doddys.files.wordpress.com/2006/10/basalt2.jpg
http://doddys.files.wordpress.com/2006/10/lilgranite3.jpg
http://doddys.files.wordpress.com/2006/10/lildacite5.jpg
No comments:
Post a Comment